Selasa, 30 Juli 2013

imajinasi dalam perpustakaan (hadeh judule ga esip)

perpustakaan di kampus saya sungguh merupakan tempat yang eksotis. rasanya seperti dibawa ke tahun 80an, dimana bangunannya begitu tua dan aroma kertas usang itu sungguh menggoda. namun tak ada ilmu yang usang, termasuk buku-buku itu, masih terjaga. entah karena dirawat dengan baik atau malah tak pernah dibaca. dan lagi, sinar mataharinya tampak begituuuuu , apa yaa istilahnya, kaya di film-film gitu. jadi keinget adegan di ADA APA DENGAN CINTA. rasanya kita seperti tokoh film yang sedang rajin membaca, lalu bertemu dengan kekasihnya. hahaha. begitupun yang saya rasakan tadi. saya sedang merasa menjadi seorang gadis kutu buku yang akan mengalami sesuatu yang fantastis di perpustakaan. dan sesuatu itu terjadi, saat sebuah sms terkirim di hape saya. dari sang kekasih.

"Ndaa, bii sakit. liver bii bengkak."

BRUKKK. saya langsung menjatuhkan buku-buku tebal yang saya pegang. persis di film-film, kan ? entah karena setting tempatnya yang begitu eksotis atau hawanya yang begitu mistis, akhirnya saya merasa ingin menangis. terlebih ketika dia kembali mengirim sms,

"maaf sayang, bii ga bisa nemenin ndaa kemana - mana lagi."

rasanya petualangan kami akan segera berakhir. saya segera keluar dari perpustakaan. suasana sungguh terlalu ke-film-an. bisa-bisa saya malah jadi larut. dan sepanjang perjalanan keluar, saya memikirkan beberapa hal. apakah yang saya pikirkan ?

TIPE 1
cowo : sayang, aku sakit. maaf aku gak bisa nemenin kamu kemana-mana lagi.
cewe : iyaa sayang gak papa. aku gak akan kemana-mana kok. cepet sembuh, yaa

TIPE 2
cowo : sayang, aku sakit. maaf aku gak bisa nemenin kamu kemana-mana lagi.
cewe : Ah, gak berguna. kita PUTUS !

TIPE 3
cowo : sayang, aku sakit. maaf aku gak bisa nemenin kamu kemana-mana lagi.
cewe : HAAAHHH ?! KAMU SAKIT ?! UMUR KAMU GAK AKAN LAMA LAGI!! SAYANG, JANGAN MATI, JANGAN TINGGALIN AKU. AKU TAK BISA HIDUP TANPAMU. HUWAA HUWAAAA.....
#nangis bombay
#drama korea

TIPE 4
cowo : sayang, aku sakit. maaf aku gak bisa nemenin kamu kemana-mana lagi.
cewe : iyaa sayang, gak papa. tapi kalo gitu ntar aku kluar sama si A, B, C, D - Z aja. kan kamu ga bisa nganterin akuuu
#kedip unyu
TIPE 5
cowo : sayang, aku sakit. maaf aku gak bisa nemenin kamu kemana-mana lagi.
cewe : iyaa sayang gak papa. aku gak akan kemana-mana kok. cepet sembuh, yaa
cowo : tapi ntar kalo aku uda sehat dan bisa keman-mana, aku pasti cari cewe lagi dimana-mana
#nyakar tembok

 hahahha. sungguh, fantasi saya bisa menjalar kemana-mana. apalagi sepertinya perpus adalah tempat orang-orang berimajinasi. jadi, termasuk tipe manakah anda ?

Senin, 29 Juli 2013

cerpen : that's what friend are for

Lidya menarik-narik ujung baju lebarannya. kebiasaannya saat ia sedang gugup. seharusnya lebaran menjadi momen yang menyengangkan, bukan menakutkan macam ini. orang-orang dirumahnya sibuk menyiapkan hidangan untuk para tamu yang nantinya pasti berkunjung. matanya tak lepas memandang jam dan pintu bergantian. sebentar lagi suara langkah kaki itu akan datang, memenuhi ruangan, ber-haha-hihi, lalu pergi. itu yang biasa terjadi pada lebaran di tahun-tahun kemarin. tapi tidak akan berlaku untuk lebaran tahun ini. haha-hihi itu pasti akan berganti. mungkin senyum sinis atau malah tatapan penuh belas kasihan. tidak, Lidya tidak ingin dikasihani. ia hanya tak ingin orang-orang itu melukai perasaan keluarganya, atas apa yang diperbuat olehnya.

Lidya memeriksa hapenya hampir tiap 10 detik sekali. menunggu kabar dari Madha, atau mungkin Wira, sahabat masa kecilnya. biasanya mereka sudah berkumpul di rumah Lidya, karena orang tua Lidya termasuk salah satu "tetua" di lingkungan mereka. lagipula, Madha yang tau segalanya. Madha pula yang selalu mempunyai cara untuk menghiburnya. membuatnya bersemangat dan berkata "semua akan baik-baik saja". tapi meskipun Wira tak pernah tau kejadiannya, setidaknya Lidya membutuhkan sahabatnya itu disisinya. hanya untuk menggenggam tangannya dan membuat keadaan terasa lebih aman. Wira memiliki pandangan super lembut yang membuat segalanya jadi lebih tenang. tapi lebaran kali ini, entahlah, Madha dan Wira masih menyelesaikan studinya di perantauan. Lidya hanya berharap mereka ada disini. minimal lewat sms.

"Assalamualikum," DEGG! Lidya menahan nafas. mereka, para tetangga biang gosip, mulai berdatangan. Ibu memandang Lidya sekilas. senyum ibu seperti menunjukkan kepasrahan. lalu Lidya balik melihat ayah yang dengan gemetar membetulakn letak peci nya. beribu kata maaf ia ucapkan dalam hati. ia tau, pertanyaan dari mulut-mulut usil itu pasti akan menyerang keluarganya. bertahun-tahun Lidya bersyukur hidup di lingkungan yang ramah ini, tapi tidak untuk tahun ini. seketika ia mengerti bahwa keramahan berbeda tipis dengan ke-kepo*-an. perbedaannya setipis selaput dara.

Ayah yang pertama kali keluar dengan tawa khasnya yang selalu terlihat bijaksana. menyalami para tamu sambil merangkul mereka. ibu keluar disamping ayah dengan senyum lembutnya dan sedikit ber cipika-cipiki. anak-anak kecil langsung saja menyerbu kue-kue di meja buatan tangan ibu yang memang terkenal kelezatannya. dan para tetangga itu seolah berebut ingin segera menyalami Lidya.

"Eh mbak Lidya, kok lama ndak kelihatan ? sibuk apa sekarang ?" pertanyaan basa-basi. Lidya menanggapinya dengan senyum kecut. sibuk apa ? haruskah dia jujur dan menghancurkan nama keluarganya ? atau terus menutupi kenyataan pahit yang baunya sudah tercium para tetangga ? dan mereka dengan usilnya selalu mengungki urusan orang.

"Eh, gak sibuk apa-apa tante."
"sekarang tinggal dimana, mbak ? kok gak pernah muncul di rumah ?"
"eeemmmm, anu... itu......"

mata-mata itu memandang dengan penuh keingin tahuan. mendesak agar Lidya menjawab yang sebenarnya supaya mereka bisa berkata, "Ah, benar kan apa yang kuduga !"

"Mana mas Akbar, kok ndak kelihatan, mbak ?"
"Mas Akbar lagi sama keluarganya, tante"
"Lho, kok gak bareng-bareng kesini ? kapan nikah ?"

Pertanyaan jebakan yang ditakutkannya sudah mulai terucap. kapan nikah. mungkin kebanyakan dari mereka sudah tau soal ini. ini hanya pertanyaan pancingan. Lidya mengeluarkan keringat dingin dan semakin kencang menarik ujung bajunya.

"Nikahnya ntar nunggu saya lulus kuliah, tante !" terdengar sebuah suara khas yang penuh semangat. Madha datang dan langsung merangkul Lidya. disebelahnya ada Wira yang masih menggandeng tangan Madha.

"Lho, mbak Madha sama mbak Wira kapan nyampe disini ?"
"sudah dua hari yang lalu, tante" jawab Wira lembut. para ibu-ibu itu selalu senang berbincang dengan Wira yang penuh kelembutan. ingin mereka menjadikan Wira mantu, tapi apa daya, ibu Wira melarang anak gadisnya untuk mengenal cinta, bahkan di usianya yang sudah awal kepala dua. tapi rupanya pertanyaan jebakan tak berhenti sampai disitu.

"eh tadi pertanyaan saya belum dijawab, lho. kapan nikah, mbak Lidya ?"
"lhoh kan udah saya jawab, tante. Lidya nikahnya nunggu saya lulus, biar ada pager ayunya. tante dari tadi nanyain nikahnya si Lidya, lhah mbak Shanti, anaknya tante, kapan nikah ? kalo ga salah tahun ini udah umur 30, kan ?"

Tante yang sok mau tau itu langsung terdiam seketika. jawaban Madha betul-betul menusuk. padahal ini lebaran, momen untuk bermaafan. tapi Madha sepertinya mengibarkan bendera perang. Wira yang tak tau apa-apa hanya tersenyum dan nyeletuk, "makanya Madha, cepet lulus donk. biar kita semua cepet nikah. hihihihi."

Madha menatap Wira dengan jail lalu berpindah ke arah Lidya yang tersenyum lega. Sahabat-sahabatnya datang. masalah pasti akan tuntas.

"Lho mbak Lidya, denger-denger udah nikah sama mas Akbar. kok mas Akbar ga kesini ?"
"Lhah kan tadi mbak Lidya udah jawab te. Mas Akbar lagi sama keluarganya. Lagian kalo mau ketemu sama mas Akbar, yaa ke gang sebelah aja. rumahnya mas Akbar kan disono, kalo disini yaa tanyain aja Lidya atau kakak adiknya. ngapain tanya Akbar ? salah alamat, teee."

tante itu kembali menarik senyum. Madha menjulurkan lidahnya. benar-benar kurang ajar dan tidak tau sopan santun. Wira menyenggol lengan Madha. Madha balas menyenggol Wira.

"Mbak Lidya, mana anaknya ? kok gak ikut dibawa ?"
DEGG ! Lidya mati kutu. berita buruk memang cepat sekali menyebar. Anak. Wira menoleh dengan pandangan heran. Anak. sesuatu yang WIra tak tau. Madha menarik nafas, berusaha tenang,

"Aduh tante ini dari tadi kok nanya aneh-aneh mulu. Anak apaan te ? anak macan ? kalo mau liat anak macan yaa sono ke bonbin, bukan ke rumah Lidya. Duuuhhh, aneh-aneh aja nih orang tua. udah ah, Lid, Wir, yukk keluar. lu berdua kan belum salaman ama bapak ibu gue."

Madha langsung menarik tangan Lidya dan Wira keluar dari kerumunan. para tetangga menoleh ke arah mereka. sangat mencolok sekali.Wira masih menatap Madha heran, dan Lidya sibuk menahan tangis.Madha mengajak mereka ke taman depan rumah yang berada di ujung belokan. Lebaran terkadang bisa jadi sangat menyebalkan.

"Udah Lid, lu udah aman. udah kagak bakal ada yang tanya macem-macem lagi," ujar Madha santai. Lidya mulai terisak.

"makasih Madha, makasih juga, Wira. gue ga tau bakal gimana nasib gue kalo lu gak ada. gue gak sanggup jawab pertanyaan-pertanyaan itu..."

"tunggu-tunggu. gue masih gak ngerti. emang maksud pertanyaan tadi apa ? bukannya cuma basa-basi ?"

Lidya masih menangis terisak. Madha memutar bola matanya. kesal.

"Lid, sorry kalo gue bongkar rahasia kita ke Wira. dia sahabat kita, kudunya dia tau sejak awal."

Madha memandang Wira dalam. Wira sahabatnya yang paling polos, manja, dan kalem. dia tidak biasa dengan dunia kenakalan remaja seperti Madha yang tomboy, usil, dan bandel. sedangkan Lidya, si polos yang salah jalan masuk ke dunia nakal, tapi masih belum kuat mental seperti Madha.

"Wir, Lidya udah punya anak." Madha diam. menunggu reaksi Wira yang membelalak tak percaya. "Lidya hamil diluar nikah sama si Akbar. dia ga tau kudu gimana. gue punya firasat ga enak waktu liat sikap dan status galaunya si Lidya, dan ternyata emang bener. Lidya juga baru ngaku setelah gue desak. gue ga pengen Lidya gugurin kandungannya. gue minta dia untuk sembunyi di kosan gue sampe anak itu lahir. tapi kota perantauan gue terlalu jauh, bisa-bisa orang tua Lidya curiga. akhirnya Lidya ngekos di kota sebelah. dan waktu bayinya lahir, orang tua Lidya tau. entah dari mana. gue sengaja pulang ke sini demi kelahiran si baby. untunglah sekarang Lidya dan Akbar udah nikah meskipun cuma nikah siri. mereka sengaja menyembunyikan ini, mereka tunggu keadaan yang tepat untuk mempublikasikan si baby."

"kok, kalian ga ngasih tau gue ?"

"karena lu terlalu polos, Wir. gue ga pengen lu khawatir sama Lidya. gue takutnya ntar lu keceplosan, karena lu sama kaya Lidya, ga bisa bohong, ga bisa mengalihkan pembicaraan. makanya tadi pagi gue jemput lu langsung ke rumah Lidya, karena gue dan Lidya udah memprediksi para tetangga pasti bakal usil nanyain kebenerannya. makanya dari tadi gue sewot mengalihkan pembicaraan."

"terus sekarang, baby nya mana, Lid ?"

"Ada di kosan. dijagain Akbar. ntar lagi gantian gue yang jagain, biar Akbar bisa ketemu sama para tetangga. biar mereka ga makin curiga."

Wira memandang kedua sahabatnya yang nampak dewasa sebelum waktuinya. dia meneteskan air mata.

"Lu sahabat gue dan lu bahkan ga mau cerita saat lu kesulitan. gue tau, gue mungkin terlalu polos untuk tau kenakalan macem gini. tapi seenggaknya, gue bisa ngasih lu semangat, buat ngerawat si baby...."

"maafin kita, Wir...."

"guee...... gue mau ketemu si baby. gue mau gendong keponakan gue..."

Madha dan Lidya terperangah. "Lu gak ikut menghina dan mojokin gue kaya para tante itu, Wir ?"

"Gue tau perbuatan lu salah, Lid. tapi keputusan lu buat melahirkan dan merawat baby lu, itu tindakan paling bener menurut gue. selamat yaa , Lid, lu udah jadi ibu yang baik..."

dan siluet ketiga sahabat itu terlihat sangat mengharukan saat kenyataan pahit terungkap dan ikatan persahabatan mereka tetap ada untuk saling menguatkan. because that's what friends are for :)

Minggu, 28 Juli 2013

menyia-nyiakan nikmat Tuhan

saya sedang menyia-nyiakan nikmat Tuhan. sungguh.

saya bukanlah orang yang bodoh. saya tau itu. setidaknya, walaupun tidak begitu pintar, tapi saya bisa cepat menangkap apa yang lingkungan sekitar ajarkan pada saya. kecuali musik. aah, entah kenapa memainkan alat musik itu sungguh sulit dipelajari. saya mengerti nada, hanya berdasar feeling. fals atau tidaknya, saya tau.tapi bila dsuruh memainkannya, saya angkat kaki. hahahhaha.

kembali ke masalah menyia-nyiakan nikmat Tuhan.

ada yang mengatakan, "pensil yang tumpul lebih baik daripada ingatan yang tajam". saya bukan orang dengan daya ingat tinggi. bahkan, jika bertemu dengan orang baru, saya sering melupakannya. apalagi kalo disapa seseorang di jalan. biasanya saya balas tersenyum,lalu membalikkan badan dan mulai mengernyitkan dahi, berusaha mengingat siapa gerangan dirinya yang menyapa tiba-tiba. esiiih, ikuuu bahasane. hahahah. berhubungan dengan pensil tumpul tadi, maka makna yang dapat dipetik adalah : MENULISLAH. tentang apapun itu.

saya punya deadline menulis yang harus tuntas. sebisa mungkin november ini. tapi bolehlah saya beri kelonggaran hingga desember. deadline itu bernama SKRIPSI. entah mengapa, menulis buku yang satu ini rasanya sangat berat sekali. tidak seperti menarikan jemari di atas tuts keyboard yang terbuka pada situs duniakelor.blogspot.com

sebenarnya menulis SKRIPSI tidaklah sesulit yang saya bayangkan selama ini.itu hanya perasaan takut diawal saja. toh saat saya sudah nyemplung di lab, saya benar-benar menikmati percobaan saya. hanya saja rasa malas itu yang menyebabkan saya tidak berkembang. terkadang rasa NYAMAN menjadi alasan kuat untuk tak bisa MOVE ON. ya, saya terlalu nyaman dengan predikat saya sebagai mahasiswa. masih bayak hal yang belum saya lakukan di kampus ini. salah satunya berdiri diatas panggung. bukan, tidak sebagai MC, itu mah sudah biasa. tapi sebagai pengisi acara. aiiiihhh, saya pengen sekali nyanyi, tapi ya itu tadi. saya ngerti nada, tapi ndak bisa mempraktekkannya. hahahahaha.

selian itu, syaa masih belum benar-benar mengembangkan skill saya dalam bidang edit mengedit. jangankan COREL, photoshop CS.6 saja belum saya jamah. padahal dulu waktu SMA saya sudah lumayan menguasai photoshop CS.2. terkadang saya iri melihat sahabat saya, RERE. dia bisa memanfaatkan dan mengembangkan skill yang dia miliki. baru saja dia bekerja di kedai sebelah kosan, tapi skill nya sudah meningkat drastis. dia sudah bisa membuat WPAP. lah saya ? nyoba aja belum. padahal saya mengenal hal-hal itu lebih dulu daripada RERE. ya, saya kalah juang sama cewek manis satu itu. semangatnya tinggi untuk belajar hal baru. sedangkan saya ??? abegh, mak cek malesnyaaa -..-

sama halnya dengan skripsi. saya sama INSAN, duluan saya ngurusi tetek bengeknya. tapi tiba-tiba INSAN seminar proposal duluan. meninggalkan saya dengan revisi yang tak terjamah.huhkah,musuh paling besar memang diri kita sendiri yaa. terutama rasa MALAS dan TAKUT. ini faktor penghambat nomer wahid !

nah, kembali ke topik awal : menyia-nyiakan nikmat tuhan.

sungguh, benar apa yang dikatakan lagu tombo ati. berkumpullah dengan orang soleh. lingkungan sekitarmu menentukan akan jadi seperti apa dirimu. saya kembali melihat RERE. dia dulu scooterist, pemakan aspal jalanan, dekil, berlumuran oli dan debu. sekarang ? dia duduk manis di kedai sebelah kosan, dengan laptopnya, dan mulai mendesain. waw. dia jadi KEREN SEKALIIIIII. lingkungan merubah sikap kita. sama, dulu wkatu saya mondok di panaongan selama sebulan, saya senang sekali. MASBRO mengajarkan saya menulis. dan saya suka. walaupun saya ndak pernah menang kontes apapun. hhahaha. danlagi, tutur kata mereka begitu lembut dansopan. sedangkan saat saya kembali ke dunia malam,lhah kok saya mbalik jadi preman lagi. hihihihihihi. yah itulah, saya menyia-nyiakan nikmat Tuhan.

sungguh, sebenernya saya mau kok berubah jadi lebih baik.mau melanjutkan hal-hal positif yan sudah diajarkan lingkungan saya. menyelesaikan skripsi, belajar fotografi, travelling, dan menulis. ah ya, juga punya band. saya vokalisnya. pengennya sih gitu. tapi yaa saya sadar diri kalo tentang urusan terakhir tadi. masalah jadi vokalis, mungkin masih belum bisa sekarang. harus banyak-banyak belajar dulu.

nah, inilah impian saya dalam jangka waktu hingga akhir tahun ini.kalaupun anda merindukan saya dan merasa saya menghilang,percayalah, saya sedang mengejar mimpi. dan semoga sayatak lagi menyia-nyiakan nikmat tuhan.

i miss you all,
x o x o

@mbakkelor

ps: saya sudah bisa make twitter sekarang