Minggu, 27 Oktober 2013

karena bola itu bundar

malam ini saya hendak pulang ke kosan ketika seorang senior datang. senang rasanya melihat kakakmu "pulang". apalagi juka sudah lama tidak bertemu. ditambah jika kau sudah terlalu lama bersikap sebagai kakak, dan sesekali ingin ngalem mengenang masa lalu. hehehehe.

singkat cerita, senior yang lucu ini memberi saya tiga lembar uang kertas yang saya habiskan untuk membeli camilan. ya, saya dan kemaitan berencana nonton bola. mumpung dua klub besar sedang bertanding. kami sudah membayangkan yang indah-indah. nyemil sambil berteriak-teriak dengan kakak, lalu menghabiskan malam dengan secangkir kopi. rasanya begitu sempurna untuk mantan makhluk nocturnal seperti kami.

makanan sudah ditangan dan kopi sudah didepan. kami siap menyalakan tv dan...................
layar berwarna biru. 1 menit... 2 menit... tetap biru.
pindah channel... tetap biru.

keluarlah kata-kata khas surabaya dari bibir tanpa dosa. tv nya rusak, entah apa pasal. kemaitan bersungut-sungut. ditambah lagi, terdengar suara peluit dan sorak sorai dari kejauhan. makin geramlah ia. tapi saudara-saudaranya tak patah semangat. jaman sekarang semua serba canggih bukan ?

priiiiittt, terdengar suara peluit dari dalam sekret. live streaming lewat laptop. kemaitan tersenyum, tak lama dia berteriak "YEEEEAAAAA loading........"

semua mata tertuju padanya. ia cemberut dan memutuskan untuk tidur. "aku pengen tidur, tapi bukan begini caranya", katanya lalu menutup mata.

yaaah entah kenapa aku bisa merasakan kekecewaannya meskipun aku bukan lagi penikmat bola. tapi kesenangan tak melulu tentang bola. pada akhirnya malam tetap bisa dinikmati. masih ada kopi dan makanan yang belum basi. masih ada senior lucu yang membuat malam tetap berarti. sayang sekali, kemaitan sudah merencanakan untuk tidur saja.

selamat malam, nduk. semoga BARCA menang, yaa. karena bola itu bundar,bisa menggelinding ke segala arah. sulit diprediksi. seperti kehidupan, bukan ? :)

Rabu, 09 Oktober 2013

titik dua tutup kurung :)

barusan kelor baca blognya masbro. judulnya, ehm, entah. kelor lupa. tapi kelor ingat intinya. cerita tentang masbro dan mbakprit sebelum menikah. dan diikutkan dalam giveaway. semoga menang yaa mas, ceritanya menarik. hehehehe.

nah, seperti biasa juga, kelor jadi norok buntok. istilah bahasa indonesianya mungkin "ikut-ikutan". hehehe. padahal, kelor masih belum punya suami. jadilah kelor menuliskan tentang maspacar yang saat ini masih berhubungan dengan baik, walaupun banyak cekcoknya. hehe.

namanya klaras. kelor jarang menuliskan tentang klaras. karena saat-saat bersamanya selalu bahagia. dan kelor biasanya nulis cuma waktu galau. hehehe. nama aslinya Robby Hidayatullah. dari kecil tercatat sebagai penghuni WETPAS, singkatan dari WETAN PASAR Tanjung, pasar Induk di Jember.

bagaimana kelor bertemu sam klaras ?

waktu itu tanggal 15 februari 2010, sehari setelah valentine. kelor diundang ke acara launching album TAMASYA SAVE THE TREE #2. waktu itu kelor baru saja turun dari Diklat. umur Kelor belumlah sebulan di dunia Mapala. begitu banyak wajah-wajah baru yang kelor temui. rata-rata dari mereka berambut gondrong. surga dunia untuk kelor :D

agak malam, MC memberikan sebuah kuis. pertanyaannya cukup sulit bagi orang baru seperti kelor. kapan tanggal lahirnya Tamasya. nah, ada sedikit kongkalikong disini. mbakprit kasih tau jawabannya ke kelor. dengan bangga kelor maju ke atas panggung. rupanya ada dua orang lainnya yang juga menjawab dengan tepat. seorang mbak2 berperawakan subur dan mas2 gondrong. waw :D

Mas stanly dan mbak (kelor lupa namanya) memutuskan agar kami bertiga berjoget. pemenangnya ditentukan dari banyaknya jumlah tepuk tangan. Glek. rasanya kelor menyesal, kenapa tadi mau maju. musik dimainkan. kedua peserta mulai bergoyang. khidmat sekali mereka menikmati musik. kelor lirik kanan-kiri. ah, apa pasal, bergerak saja !

tepuk tangan untuk kelor paling sedikit. malu rasanya. sudah diberi contekan jawaban, kok masih malu untuk maju ke medan perang. ditambah sedikitnya jumlah tepuk tangan. kalah itu rasanya..... memalukan. ahahaha. pemenangnya mas2 gondrong tadi. dia tertawa sumringah lalu menghilang dalam kerumunan. kelor turun panggung, mencari wajah yang kelor kenal.

disitulah mas bongkar melambaikan tangan. mengajak kelor untuk mendekat dan memperkenalkan pada mas-mas bertampang sangar. rambut mereka rata2 gondrong, dipadu flanel dan gelang2 dari tali prusik. kelor takut, tapi harus bisa beradaptasi. yang kelor tahu, biasanya inilah ajang pencarian jodoh. cinta lokasi. apalagi untuk anak baru seperti kelor, pasti banyak peluang. padahal saat itu kelor sudah punya pacar. hehehehe. disana pula kelor berkenalan dengan klaras. mas2 gondrong yang memenangkan lomba joget. tapi maaf saja, masih tak ada rasa :p

hampir setahun kemudian saat kelor memiliki adik baru, sam klaras datang ke sekret. dia mengajak dua gadis turut serta. rupanya adik barunya. kelor memperhatikan benda apa yang sam klaras naiki. rupanya vespa rosok dengan sespan disampingnya. kelor mau naik itu. dan itulah momen pertama kelor dibonceng sam klaras :)

dua tahun kemudian, kelor sudah jadi angkatan tua. dan kebetulan kelor sedang patah hati. kelor ingin pulang, tapi gak ada yang bisa jemput di terminal. entah memang jodoh atau bagaimana, kelor bertemu dg sam iblis yang menanyakan tempat asal kelor. mas iblis bilang, sam klaras kerja disana. kebetulan, kelor bisa minta tolong jemput, karena hari sudah terlalu malam saat itu. bapak sedang keluar kota. kelor gak berani pulang sendirian.

sam klaras rela menjemput kelor pukul 3 dini hari di terminal yang jaraknya seperti jember-tanggul. kelor ingin membalas budi mengajak sam klaras jalan2 keliling surabaya. esok siangnya, meluncurlah kami menembus kota tua, dilanjutkan ke suramadu, dan berakhir di angkringan depan univ. wijaya kusuma. dan baru saat itu kelor sadar, kelor sedang jatuh cinta pada seorang pemuda yang menunggangi vespa, meskipun saat itu klaras tidak gondrong. syangnya, klaras sudah punya pacar :(

tidak butuh waktu lama, 1 x 24 jam kemudian sam klaras bercerita dia putus dengan kekasihnya. kelor mengisi celah dengan sempurna. hehehe. apakah kisah ini berakhir bahagia begitu saja ? oh, tentu tidak. ika ceritanya semudah itu, tak mau lah kelor tulis disini.

sam klaras memutuskan kembali pada mantan pacarnya tepat seminggu setelah kami jalan bersama. sakit ? hmmm, gak terlalu. masih biasa saja. tidak sesakit cerita yang sebelumnya. lalu kenapa kelor memutuskan tetap menjomblo ? entahlah, kelor hanya merasa enggan untuk mencari pengganti. toh kalau jodoh gak bakal kemana.

benar saja, dua bulan kemudian klaras kembali. setelah mengalami pertempuran hati yang cukup panjang. kok bisa ? itu rahasia. anggap saja ini the power of love :)

tapi kelor tau, jalan kami masih panjang. jodoh bukan kita yang menentukan. kalaupun kelor tidak ditakdirkan berjodoh dengan sam klaras nantinya, gak masalah kok. kelor hanya menjalani saat ini sebaik-baiknya. membuat kenangan seindah-indahnya. dan merencanakan masa depan dg matang. masa depan kelor. kenapa tidak memikirkan masa depan bersama klaras ? hahaha, belum waktunya.kelor tidak mau kecewa untuk kesekian kalinya. yang kelor tau, kelor sayang klaras. kemarin, hari ini, dan semoga seterusnya.

amin

Selasa, 08 Oktober 2013

bakso Profesor

Dari kecil, Tino senang sekali makan bakso. Olahan daging sapi berbentuk bulat yang dilengkapi dengan gorengan, tahu, siomay, mie su’un, ditambah kuah yang gurih dan taburan bawang goring serta daun bawang diatasnya. Sungguh nikmat sekali. Sayangnya harga daging sapi terlalu mahal untuknya. Bahkan harga 200 perak semangkuk dirasa terlalu mahal untuknya.

“abang tukang bakso mari mari sini aku mau beli…”
Alunan lagu dari penyanyi cilik itu membuyarkan konsentrasi Tino. Gerakan tangannya terhenti seketika. Ia menoleh ke arah suara yang ternyata berasal dari radio salah satu pedagang asongan di sekitar terminal.
“sudah selesai, dik ?” Tanya bapak-bapak yang sepatunya disemir oleh Tino. Ia kembali sadar dengan realita.
“sebentar lagi, pak,” katanya lalu kembali memoles sepatu kulit buaya.
Ting ting ting ! Suara denting sendok yang dipukulkan ke mangkuk memecah suasana.
“Baksooo baksoooo …!”

Ah, itu suara cak Min, tukang bakso yang berjualan di sekitar terminal. Perut Tino langsung berbunyi. Sial, piker Tino dalam hati, kenapa harus berbunyi saat ia sedang menyemir ? sabarlah perut, hasil dari menyemir sepatu ini akan ku tabung agar bisa membeli semangkuk bakso. Uang yang terkumpul baru seratus lima puluh perak. Ongkos menyemir sepatu hanya dua puluh lima perak. Ditambah yang ini, maka ia hanya perlu menyemir sepasang sepatu lagi.

“sudah, pak.” Kata Tino sambilmengelap keringat. Tuan pemilik sepatu kulit buaya itu terlihat puas. Ia menyerahkan satu koin uang perak. Lima puluh rupiah.
“pak, saya tidak punya kembaliannya...”
“sudah, ambil saja. Ditabung untuk membeli barang yang kamu mau.”

Tino tersenyum sumringah. Ia langsung berlari kearah cak Min, seolah takut kehabisan bakso. Dengan nafas tersengal,  ia mengeluarkan recehan sejumlah 200 perak pas. Cekatan, cak Min menyajikan tiga buah bakso, dua gorengan, satu tahu, dan satu siomay. Tak lupa kuah dengan taburan bawang goring dan daun bawang diatasnya.

Dengan hati-hati, Tino membawa mangkuk itu menuju kursi terdekat. Tak sabar untuk segera mencicipi olahan daging berbentuk bulat yang terlihat sangat menggiurkan. Tapi rupanya Tino kurang berhati-hati. Ia menyenggol bahu seseorang saat akan berbalik mencari kursi. Kuah panas itu tumpah mengenai baju orang itu. Sontak orang itu kaget dan tangannya menyibak mangkuk bakso Tino hingga jatuh dan isinya tumpah ke tanah.

“Gimana sih ? kalo jalan itu yang benar! Baju saya kotor kena kuah bakso! Mana panas lagi ! dasar anak sialan!” PLAKK, sebuah tamparan mendarat di pipi Tino. Martanya berkaca-kaca. Rasa panas di pipinya tidak seberapa disbanding panas hatinya melihat bakso daging itu menggelinding di tanah lalu penyet terinjak orang yang lalu lalang. 200 perak usahanya menyemir sepatu terbuang sia-sia.

***

Tino menitikkan air mata mengingat kejadian 48 tahun yang lalu saat usianya masih tujuh tahun. Bakso selalu menjadi makanan favoritnya, meskipun harganya saat ini sudah mencapai sepuluh ribu perak. Dan karena bakso, hari ini ia berada di pesawat dalam penerbangan pribadi menuju tanah airnya.

“Selamat datang saya ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Tino Karno, M.Agr, PHd…..” suara lembut seorang penyiar menyambut kedatangan Tino ke sebuah gedung megah. Hari ini ia diundang sebagai bintang tamu sebuah seminar Internasional. Yang lebih special lagi, seminar ini juga dihadiri oleh Ibu Negara, yang juga sahabat dekatnya saat kuliah dulu.

Hampir satu jam lamanya Tino memberikan ceramah yang disambut meriah. Tentang ide-idenya dalam pengembangan pertanian di negaranya yang merupakan Negara agraris. Dan tibalah saatnya makan siang.

“Selamat siang,” suara ibu Negara menggema di udara. “hari ini merupakan hari yang amat sesial bagi saya. Selain karena seminar ini sangat sukses, juga karena pembicara di seminar ini mau memenuhi undangan pribadi saya untuk datang kesini…” ruangan hening seketika. Semua mata tertuju pada ibu Negara. Tapi ibu Negara hanya menatap satu orang. Tino.

“Prof Tino, seperti yang anda ketahui, adalah seorang professor hebat di bidang pertanian, yang sampai saat ini masih asyik mengembangkan penelitiannya di luar negeri. Ia selalu haus akan ilmu. Namun, sebagai sahabat baiknya semasa kuliah, saya tau ada satu hal yang belum bisa menghapus dahaganya. Ia merindukan….. BAKSO,” hadirin tertawa singkat. Bagaimana mungkin seorang professor merindukan bakso ?

“sebagai seorang sahabat, saya tahu Prof Tino mengalami masa kecil yang sulit. Butuh usaha keras untuk mendapatkan semangkuk bakso seharga dua ratus perak. Mungkin kebanyakan dari anda sudah mengetahui bahwa Prof Tino dulunya pernah menyemir sepatu hanya untuk membeli semangkuk bakso. Tapi saya yakin tidak banyak dari anda yang tau bahwa Prof Tino teramat sakit hati dengan bakso. Saat bakso yang dibelinya menggelinding dan terinjak oleh orang yang berlalu lalang.” Hadirin kembali tertawa. Lucu bagi mereka membayangkan seorang professor marah hanya karena baksonya jatuh dan terinjak.

“Anda perlu tahu, bahwa karena baksonya yang jatuh dan terinjak, Prof Tino sakit hati dan balik mendamprat orang yang sudah menyenggolnya dan mebuat baksonya jatuh. Ia marah dan meraung layaknya bocah berumur tujuh tahun. Kontan orang itu kaget. Dalam raungnya, Prof Tino tidak menyadari yang ia hadapi adalah seorang Guru Besar yang terburu-buru menghadiri seminar, seperti beliau saat ini,

Cerita selanjutnya, pasti anda sudah tau benar. Guru Besar yang mengambil prof Tino sebagai anak angkat dan mendidik Prof Tino hingga jadi seperti ini. Kisah prof Tino, anak terminal yang jadi professor sudah melegenda. Hanya saja, tidak banyak yang tahu kisah bakso terinjak dibalik kesuksesan Prof Tino,”

Hadirin diam dan mulai menatap Tino. Ia terkesiap. Ingatan di masa lalunya yang kembali hadir lagi. Si penabrak yang menamparnya, yang saat itu dikutuk dan dibencinya setengah mati, pada akhirnya jadi penyelamat hidupnya. Yang mengentasnya dari kehidupan penyemir terminal. Yang membuatnya bisa membeli sepatu kulit buaya seperti tuan yang pernah memberinya limapuluh perak. Yang membuatnya mampu membeli lima puluh mangkuk bakso sekaligus saat ini. Tino menangis. Terharu.

“Dan special untuk Prof Tino, sahabat saya, silahkan menikmati hidangan bakso special dari saya…”
Tepuk tangan amat meriah saat seorang pramusaji menyajikan semangkuk bakso untuk Tino. Ia hanya tersenyum. Di usianya yang setua ini, tentu saja ia sudah teramat sering mencicipi bakso. Dengan gelarnya yang lebih panjang dari kereta api, bakso kelas bintang lima pun pernah dikecapnya.

Sambil menyendok sebuah bakso, ia kembali terngiang. Dari semua bakso itu, hanya satu yang ia rindukan. Dan HAP ! bakso bersarang dimulutnya. Ia menangis seketika. Ya, inilah yang dirindukannya, bakso inilah yang selalu diinginkannya. Ia tidak butuh bakso dengan rasa bintang lima. Ia hanya ingin bakso ini. Bakso dari masa kecilnya. Bakso Cak Min.

Rupanya, setinggi apapun gelar seseorang, semuanya akan kembali pada gelar yang sama. Tino meninggal sepulangnya ia dari seminar. Saat ini gelarnya sama seperti Cak Min. Almarhum. Di nisannya hanya ada nama Tino Karno. Tanpa Prof dan PHd yang selalu menjadi kebanggaan semua orang. Namun seperti satu hal yang selalu diingatnya, bakso cak Min kini menjadi sebuah legenda, membuat anak cucu cak Min menjadi kaya raya, karena sebuah kedai yang sepenuhnya didanai oleh Tino.


“BAKSO PROFESOR, yang makan pasti jadi pintar !”