Jumat, 04 April 2014

Manusia Kaktus

Dulu aku pernah bertanya, apa kamu tau bagaimana rasanya mencintai orang yang sudah memiliki orang lain dalam hidupnya. sambil tersenyum, aku mendapatkan jawabannya sendiri. rasanya seperti memeluk kaktus. semakin erat kamu memeluknya, semakin besar pula sakit yang kau rasakan.

pernah ada seseorang yang datang menemuiku. dia berkata, "aku akan tetap memeluk kaktus itu. biarkan aku menikmati rasa sakitnya dari tiap tusukan durinya". aku kembali bertanya mengapa? bukankah cinta itu bahagia? lalu mengapa dia memutuskan untuk tetap menderita?

"hey, yang sedang kamu peluk ini kaktus. ini bukan akupuntur. bagaimana bisa kau menikmati setiap tusukan durinya?"

"karena aku penuh dengan kasih"

"tapi yang sedang kau peluk ini kaktus. tumbuhan yang sia-sia. dari segi penampilan saja tidak ada bagus-bagusnya. jika yang kau peluk itu adalah mawar, mungkin aku bisa memaklumi. ada penderitaan untuk sebuah keindahan. ada pengorbanan dalam setiap pencapaian. perlu perawatan agar tetap indah. tapi ini kaktus, tumbuhan survivor yang tidak seharusnya kamu perjuangkan. untuk apa? kaktus bisa tumbuh sendiri, tanpa kamu peluk. pada akhrnya kamu akan merasa sakit sendiri."

"apakah kamu pernah melihat bunga kaktus? jika iya, kamu pasti tau alasan kenapa aku tetap memeluknya meskipun ia tidak indah. kaktus memang tidak indah, tapi di tangan orang orang yang bersabar memeluknya, ia akan jadi lebih indah daripada mawar."




"Aku meminta setangkai bunga pada Allah, ia memberiku kaktus berduri.
Aku meminta binatang yang lucu pada Allah, ia memberiku ulat bulu.
Aku sempat sedih, protes dan kecewa. Betapa tidak adilnya ini!
Namun kaktus itu kemudian berbunga, sangat indah.
Ulat itu tumbuh dan berubah menjadi kupu-kupu yang cantik.
Itulah jalan Allah, indah pada waktunya...

Allah tidak selalu memberikan apa yang kita harapkan, tapi ia memberi apa yang kita butuhkan.
Semoga kita termasuk orang yang pandai bersyukur."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar