Senin, 04 Agustus 2014

ketika dongeng hampir jadi kenyataan

apa kau pernah merasa sangat mengingunkan sesuatu, namun saat kau berhasil mendapatkannya lalu BLAR!!! kenyataan tak seindah harapan...

setiap anak perempuan pasti menyukai dongeng Disney. mengimpikan pangeran tampan berkuda putih yang datang menyelamatkan sang putri dari kastil terkutuk yang dijaga oleh naga. atau mengenyahkan kutukan yang diberikan penyuhur berkutil. lalu mereka saling jatuh cinta dan hidup bahagia selama-lamanya.

ah... seandainya saja hidup bisa selalu berakhir bahagia seperti dongeng klasik...
kenyataannya, tak ada bahagia selama-lamanya. yang ada hanya mereka yang mampu menutupi kesedihannya. memang benar kata pepatah, senyum itu seperti perban. ia menutupi luka, walaupun masih sakit terasa.

ini tentang impian masa kecil yang jadi nyata. namun, kenyataan kadang tak seindah harapan. sungguh.

alkisah, sudah 12 hari aku terdampar di negara api. panasnya seperti portal neraka. padahal, rumah (house) bukan hanya sekedar bangunan tempat kita berteduh, tapi rumah (home) adalah tempat untuk kembali pulang dengan hati riang dan nyaman. dan di Rumahku ini? entah, aku belum menemukannya.

memang, terkadang ada rasa rindu untuk pulang. tapi tidak lama. cukuplah 3 hari dan rasanya aku ingin terbang kembali. ke tempat perantauanku. disana hatiku tertinggal. 12 hari sungguh terasa menyiksa. aku ingin segera pergi. dan sebuah sms berhasil menenangkanku.

"tunggu. lusa aku ke tempatmu."

Akhirnya, akan datang seorang pangeran (berhati) tampan berkuda (besi) (walaupun warnanya tidak) putih yang datang menyelamatkanku dari Portal neraka. detik demi detik kujalani menunggu lusa tiba. hingga tepat pada hari H....

wajah yang kurindukan datang, tetapi tidak sendirian. ada sosok berbadan gendut yang ia sebut "teman". sejujurnya, aku tak suka. bahkan tak pernah suka. tapi aku tetap tersenyum, setidaknya rinduku terobati. ia membawaku pergi menikmati kota metropolitan. tujuannya jelas. mall. kemana lagi warga metropolitan menghabiskan malam minggunya.

tapi, sosok gendut yang ia panggil teman itu, sungguh mengacaukan segalanya. dari awal ia memasang wajah masam. aku berusaha tidak memperhatikan. sesampainya di mall, ia minta ke toilet. untuk MANDI. YA! bayangkan, mandi di toilet Mall.

ayolah, aku juga pernah jadi anak jalanan. tapi jangan dibawa kebiasaan jalanan itu ke tempat seperti ini. dan orang-orang yg tak tau menempatkan diri sepertinya hanya bisa menggerutu. menghujat orang-orang yang berlalu lalang untuk berbelanja. katanya orang kaya sombong dan sebagainya. menyebalkan. lalu, apakah kelakuannya tidak menyebalkan?

kami berhenti untuk makan donat. sudah dipilihkan kursi terbaik. sudah disajikan donat ternikmat. dan wajahnya tetap seperti itu. sumpek katanya. mall terlalu ramai. baiklah. turuti saja kemauannya. kita kembali menggelandang di jalanan ibukota.

sesampainya di taman kota, ia rebah. mengeluh sudah terlalu lelah. dan meminta tidur. baiklah, acuhkan saja. biar ia tidur semaunya. namun suasana tak lebih baik. baru berapa menit kami bertemu, ia sudah merengek minta pulang. seperti bayi. bayi yang sangat besar. semakin besar bayi itu, semakin repot mengurusnya.

kami pulang, tapi hati tak senang. sungguh, aku masih amat merindukan kekasihku.

esok tiba. kam sudah punya rencana untuk keluar berdua. dia berjanji untuk mengganti kencan kami yang batal kemarin. satu dua jama menunggu, ia tak ada kabar. hingga jarum menit sudah menunjukkan perputaran yang ke delapan. delapan jam. baru akhirnya kami bertemu. dan wajahnya terlipat tiga! merah! entah marah atau apa.

"aku capek!", katanya

rupanya ia harus melayani sosok yang ia sebut "teman". PP ke dua kota sebanyak 4 kali hanya untuk menuruti si gendut mencari jaket. malam hari pun ia tak sempat tidur. si gendut merengek ingin lekas kembali pulang ke kota asal mereka. disini panas lah, banyak nyamuk lah. aih, rewel betul si "teman" ini. aku kembali berteriak.

"yang bisa lelah bukan hanya kamu, aku juga! kau pikir menunggumu datang selama berhari-hari itu tidak melelahkan? sekarang aku tau bagaimana rasanya menjadi putri fiona saat diselamatkan oleh Shrek dengan wajah masam! lebih baik tidak perlu diselamatkan sekalian!"

ia terhenyak. menarik tanganku untuk mendekat. aku menatapnya. mulutku ingin berkata, tapi tidak jadi. ia seolah bisa membaca pikiranku.

"kamu mau bilang apa?"

"nggak. percuma. sudah terjadi."

"kamu mau bilang, yang kamu khawatirkan benar, kan? kamu tak pernah menyukai si gendut, dan terbukti bahwa si gendut sangat merepotkan, kan?"

aku mengangguk.

"ya sudahlah. aku ingin menghabiskan waktu berdua denganmu. kamu pikir untuk siapa aku melakukan perjalanan sejauh ini kalau bukan untuk bertemu denganmu. aku rindu."

"aku juga. tapi gak gini juga. bukan seperti ini yang aku mau. maaf, aku gak bisa. baru kali ini aku melarang kekasihku untuk berteman dengan seseorang. aku semakin yakin, dia bukan teman yang baik untukmu."

"iya. baiklah. ini yang terakhir kalinya. tak akan terulang lagi kejadian seperti ini."

"semoga saja...."

Ia menghembuskan nafas. frustasi. kacau balau. mimpiku terwujud, tapi totk "teman" sang pangeran benar-benar mengacaukan segalanya. seperti Donkey dalam film Shrek, mungkin. entahlah. biasanya sang Putri selalu bisa akrab dengan teman sang pangeran. kali ini, dongeng tidak berakhir bahagia. bukan. bukan dongeng. kenyataan lah yang tak berakhir bahagia.

sudahlah, selamat malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar