Senin, 04 Mei 2015

cerita ini hanya fiktif belaka

Namaku Airlangga. biasa dipanggil Angga. aku bukan orang yang percaya hal mistis, meskipun ayahku pecinta keris. bukan hanya keris saja, tapi semua hal antik dan juga klenik. untunglah ayahku tidak pernah memaksaku untuk menjadi sepertinya. ia membebaskanku untuk menjadi apa saja. dan aku memilih unuk menjadi anak band. keren, kan?

Bandku cukup terkenal di kota kecil ini. The Black Shirt namanya. entah kenapa anak band, terutama yang beraliran rock, identik dengan baju hitam. fans kami juga tersebar hampir di beberapa kota disekitar kotaku. band beraliran rock dengan jumlah 5 orang pria tampan. aku gitaris 1, maher gitaris 2, Gio bassist, Feri drummer, dan vokalis yang sangat karismatis dipegang oleh Galang. Itu dulu, waktu kami masih berseragam putih abu-abu. sejak kami kuliah, kami agak sedikit berpencar. kebetulan aku dan Galang diterima di satu universitas yang sama, hanya beda jurusan.

6 tahun bukan waktu yang singkat untuk menciptakan persahabatan yang kompak. aku masih semester 5 saat Galang dikabarkan hilang. ya, hilang. sahabat terbaikku itu terseret ombak pantai selatan. aku langsung pulang ke kotaku saat itu juga. rumah Galang sudah ramai oleh pelayat. di sudut terlihat beberapa teman SMA ku berkumpul, legkap dengan para personil The Black Shirt. kulihat Jefry, salah satu teman SMA ku yang juga kuliah di Universitas dan satu jurusan dengan Galang, masih menangis.

"ini salahku," katanya tersedu. "kalau aku tidak mengajaknya dan meninggalkannya, dia tidak akan pergi seperti ini..."
beberapa kawan merangkul dan menenangkannya. aku masih ternganga.
"kemarin teman-teman sekelas mengajak liburan ke pantai. tapi Galang gak mau. aku memaksanya ikut. tapi saat hari H, aku malah pulang kampung. tau-tau ada kabar seperti ini. Jasad Galang masih belum ditemukan. seandainya aku tidak mengajaknya, atau seandainya aku tetap menenmaninya..... ini salahku......"
Jefry tidak melanjutkan kata-katanya. ia menangis tanpa suara. jasad Galang masih belum ditemukan di pantai selatan. aku mulai berfikir, apa yang bisa aku lakukan untuk menemukannya. polisi dan tim SAR sudah berusaha mencari. tapi aku harus menemukan cara lain untuk menemukan sahabatku.

ayahku.....

malam itu ayah sedang menonton TV seperti ayah normal pada umumnya, hanya saja tombak-tombak jaman sebelum penjajah datang yang dipajang di samping TV itulah yang membuatnya tidak terlihat normal. dia menoleh sebelum aku mendekatinya.

"ada apa, le?" tanya ayahku pelan. Le adalah kependekan dari tole, panggilan untuk anak lelaki.
"emmmm, yah. aku.... mau mencari Galang..."
"yaa. kamu sudah siap mental?"
"demi Galang, yah"
"nyalakan dupa, taruh di depan pagar. lalu bacalah doa-doa ini sebelum kamu tidur."

aku menurut tanpa banyak bicara. kupasang dupa di pagar rumah dan membaca doa-doa sebelum tidur. dalam hitungan menit, aku terbangun di sebuah tempat asing. seperti lapangan. banyak jasad bergelimpangan. petuah ayah..... bekerja?!

aku melihat sekitar, mencari wajah Galang, tapi tidak ada. jadi aku mulai melangkahkan kaki untuk mencari lebih jauh. namun tiba-tiba jasad-jasad itu bangkit. seperti zombie, tapi bukan.
"kamu siapa, le?"
"apa yang kamu lakukan disini, le?"
"kamu bisa menolong kami?"
"keluarkan kami dari sini..."

suara-suara itu ramai memenuhi telingaku. aku berlari mencari pertolongan, dalam bentuk apapun itu. tiba-tiba aku dihadang sejumlah pasukan berbaju kuning. sangat tradisional seperti jaman kerajaan dulu.

"Hey, siapa kamu? apa yang kamu lakukan disini?!"
"saya... mau mencari teman saya..."

lalu ada sesuatu yang menepuk pundakku. aku menoleh. ada seseorang dengan jubah hitam dan wajah brewok.
"pergi dari sini, le"
"tapi saya mau mencari teman saya"
"pergi!"

aku berlari tanpa tujuan. tau-tau aku masuk kedalam sebuah ruangan seperti kamar kerajaan. ranjangnya kuno, ada selambunya yang juga berwarna kuning. disana ada tubuh seseorang yang terbungkus kain kuning dan dijaga banyak orang. Galang!

aku mendekatinya. dua orang penjaga menyodorkan tombaknya ke arahku. tau-tau orang berjubah hitam itu menghadang mereka.

"aku suruh kamu pergi, kenapa malah kemari?"
"saya harus membawa teman saya!"
"kamu mau mati?! pergi!"
"tidak, saya harus menyelamatkan teman saya!"
"biar teman kamu jadi urusan saya, kamu pergilah, selamatkan dirimu!"
"memangnya bapak ini siapa?!"
"saya utusan sunan Giri. pergilah. percayakan temanmu pada saya"
"tapi, saya harus pergi kemana? sekeliling saya hanyalah tembok"
"tabrak saja, lalu kembalilah pulang."
"tapi, diluar situ tidak terlihat apa-apa"
"percayalah pada iman mu. cepat, sebelum mereka mengejarmu!"

aku menoleh kebelakang. pasukan berbaju kuning siap menikam dengan tombak. didepanku juga ada banyak sekali pasukan berbaju kuning. aku berlari kesamping, apapun yang terjadi, terjadilah. kutabrakkan diri ke dinding dan...... aku melayang.......... terbang!

aku melayang tanpa arah yang pasti. tiba-tiba aku melihat setitik cahaya kecil. ada kehidupan! rupanya sebuah warung dengan seorang bapak-bapak biasa penjual warung.

"permisi, pak. ini dimana, ya?"
"ini di gunung Lawu, mas. mas mau kemana?"
"saya mau ke Gresik, pak"
"oh, Gresik ke arah sana, mas. cepatlah, dibelakang ada yang mengejar..."

aku menoleh ke arah yang ditunjuk bapak tadi tanpa mau menoleh ke belakangku. langsung saja aku pergi, melayang lagi. tak tau arah. semua gelap. lalu aku melihat secercah cahaya lagi. aku kembali turun.

"permisi, pak. ini dimana, ya?"
"ini gunung Kawi, le. kamu mau kemana?"
"ke Gresik, pak"
"Oh, kearah sana le."
"matur nuwun, pak"

aku melayang lagi. aku tidak berpikir, kenapa orang-orang yang kutemui ini tidak ketakutan? apakah mereka bukan manusia?

aku terbang merendah. mulai kulihat lampu kota. itu gerbang kotaku. kulihat ada Naga bertengger disana. besar sekali. seingatku, gapura kotaku memang ada patung naga, tapi tidak sebesar itu. dan, naga besar itu menggeliat. Sial! dia bangkit dan menghadangku. tidak, bukan aku yang dituju. matanya menatap tajam ke belakangku. pasuka berbaju kuning itu. Naga itu menjagaku!

aku masuk ke kota, kuikuti jalan menuju rumah. tepat di depan rumah, suasana terlihat ramai. seperti orang tahlilan. tunggu dulu, jangan bilang aku yang meninggal? aku buru-baru masuk ke kamarku. tubuhku masih terbaring. tiba-tiba aku merasa seperti ditarik magnet super kuat dan mataku terbuka. aku hidup! aku langsung berlari keluar kamar. orang-orang itu sudah tidak ada. siapa mereka sebenarnya?

aku berlari ke kamar ayahku. kubangunkan beliau. Ayah menggeliat.

"Ono opo, le? habis mimpi gak enak, ya?"
"itu tadi.. semua itu... apa itu, yah?"
"kamu sudah menmukan temanmu?"
"sudah. dia di ruangan khusus. dijaga banyak orang. apa maksudnya?"
"temanmu itu rupanya orang pilihan. lalu?"
"aku dikejar banyak pasukan berbaju kuning. dilindungi orang berjubah hitam yang mengaku anak buah sunan Giri. diberi petunjuk jalan oleh penjaga warung di Gunung Lawu dan Kawi. lalu dilindungi oleh Naga penjaga Gapura. dan banyak orang didepan rumah seperti tahlilan. aku pikir aku akan mati, yah"
"ya. orang berjubah hitam itu anak buah Sunan Giri, teman ayah. orang-orang didepan rumah itu juga teman-teman ayah yang menjaga ragamu. Tenanglah, besok jasad temanmu akan ditemukan. tapi entah degan jiwanya. karena dia terpilih."

malam itu aku tidur dengan ayah. esok paginya, jenazah Galang ditemukan di pantai yang lain, sekitar 50km dari pantai tempatnya hilang. sejak saat itu, aku percaya, hal-hal seperti itu memang ada. hanya saja aku tidak ingin lagi terlibat didalamnya. Aku hanya bisa mendoakan, dimanapun Galang berada, semoga dia yang terpilih selalu aman sentosa.


Semenjak kematian Galang, teman-temanku agak trauma berlibur ke pantai. beberapa bulan berlalu, kali ini kami ingin berwisata ke Gunung Lawu. aku agak takut, mengingat pengalamnku saat itu. tiba di puncak gunung Lawu, rupanya ada sebuah warung disana. syukurlah, kami tak perlu repot membuat kopi sendiri. kami berjalan menuju warung itu.

"permisi, pak. kami mau beli makanan."
"Iya, iya. sebentar." pak tua penjaga warung itu menatapku. "Lho, le, kamu kembali kesini?"

Pak tua itu, yang membantuku menunjukkan jalan pulang. rupanya beliau manusia biasa!
pak tua itu terkekeh. rupanya dia sudah biasa didatangi makhluk-mahluk seperti itu.

-sekian-

lagi-lagi, susah membuat ending yang tepat *sigh*
btw, kisa ini fiktif belaka. hanya terinspirasi dari kisah nyata yang berkembang di masyarakat sekitar.

2 komentar: