Kamis, 24 September 2015

cerpen : lelaki itu milik kita

ijinkan aku bertanya padamu, seperti apakah pria yang baik itu? 

dia selalu memberiku perhatian kecil dan terkadang besar. menemaniku setiap ku minta, bahkan ketika aku tidak minta sekalipun. mentraktirku jalan-jalan, belanja, makan siang dan makan malam, tapi tidak pernah sarapan, karna aku memang tidak pernah menghabiskan pagi dengannya. tidak merokok, tidak pula minum-minuman keras. ia juga tidak pernah berbohong. bahkan menciumku pun dia tak pernah. sebatas berpegangan tangan saja.
apa ada yg lebih gentleman dari dia? apakah dia sudah masuk kriteria pria yang baik?

jika kau bilang iya, aku beberkan satu kekurangannya. dia sudah punya pacar.

apa kau mau bilang dia bajingan? atau aku lah yang akan kau bilang murahan?

"aku sayang kamu, nona" katanya malam itu sambil memegang tanganku. didepanku tersaji pemandangan super romantis dengan bunga bunga bermekaran macam film india. untungnya dia tidak menari atau menyanyi. aku jawab dengan anggukan. kehidupan cinta kami berjalan mulus hingga tiga bulan kemudian ia, untuk pertama kalinya, menolak ajakanku untuk nonton. padahal mobil sudah siap berangkat dari pekarangan rumahku.

"maaf nona, aku harus pergi."
"kenapa tiba-tiba? ada apa?"
"Putri memanggilku"
"siapa itu Putri?"
"dia.... kekasihku"

aku hanya melongo. tak ada kata yang keluar. hanya air mata. dia bahkan masih bisa menatapku tegas, tanpa ada permohonan maaf.

"maaf, Nona. bisakah kau kembali masuk ke rumah? nontonnya lain kali saja."
"kamu.... sudah punya kekasih? lalu aku?"

hapenya berdering kembali. ia terlibat percakapan singkat.

"kamu ikut saja," katanya berubah pendapat tiba-tiba. "kita berangkat."

aku mengatur nafas untuk menghentikan tangis. dia tersenyum, mengusap air mataku dan menggenggam tanganku lembut.

"kamu bajingan," kataku pelan
"aku? terimakasih pujiannya. aku pikir kamu menganggapku pria idaman karena tidak merokok dan mabuk-mabukkan"
"tidak. kamu bajingan. kamu sudah punya kekasih, lalu kenapa kamu masih merayuku?"
"jadi hanya karna aku sudah punya kekasih, lalu aku di cap bajingan?"
"jelas lah. perempuan mana yang mau dimadu?"
"ada. Putri."
"oh ya, kekasihmu itu. perempuan bodoh membiarkan kekasihnya berselingkuh!"

sekali lagi ia tersenyum tenang.

"jangan sembarangan menilai orang, Nona"
"aku gak habis pikir, kenapa selama ini kamu bohong sama aku?!"
"bohong? apa aku pernah berbohong?"
"iya, kamu bohong! nyatanya kamu punya kekasih!"
"aku tanya padamu, Nona. apakah kau pernah bertanya aku punya kekasih? tidak kan? lalu apa yang kau sebut bohong"
"kenapa kamu gak bilang?!"
"karena kamu tidak bertanya"
"NON SENSE!"
"dengar, Nona. adalah suatu kebohongan jika aku berkata bahwa kau lah satu-satunya. nyatanya aku tak pernah berkata begitu. aku bilang aku menyayangimu. dan itu benar."

mobil bergerak melambat memasuki sebuah cafe dan perlahan berhenti.

"ayo masuk. aku perkenalkan kamu dengan Putri."
"kamu gila, ya?!"

dia hanya tersenyum lalu membuka pintu dan menggandengku kedalam. aku melepaskan gandengannya. manusia bangsat.

seorang perempuan berambut sebahu melambaikannya tangan padanya. bukan, tepatnya pada kami. ia tersenyum manis sambil mengulurkan tangannya padaku.

"ah, jadi kamu yang bernama Nona? kenalkan, aku Putri"

bagaimana mungkin Putri bisa tersenyum manis dalam keadaan seperti ini. dan perempuan semanis Putri harus diselingkuhi? sungguh pria brengsek!

"Nona, kau mau minum apa?", tanya Putri, masih tersenyum ramah. aku menggeleng. "Baiklah, aku pesankan coklat hangat, ya? sepertinya kau habis menangis hebat. lalu segelas teh susu, itu masih jadi minuman favoritmu kan, sayang?"
dia tertawa. laki-laki brengsek itu entah kenapa masih terlihat sangat tampan dalam kebusukannya. 
Putri masih berceloteh riang menceritakan perjalanannya keliling pulau Jawa. lelaki itu menanggapi dengan tak kalah serunya. mereka lebih terlihat seperti sahabat lama daripada sepasang kekasih. aku jadi semakin bingung. apa gunanya aku ada diantara mereka?

tak lama pesanan kami datang. aku menyeruput coklat panas yang ternyata rasanya sangat nikmat. menghangatkan perut hingga hati dan pikiran.

"jadi, Nona," sapa Putri kalem. "Aku ingin berterimakasih karna kau telah membahagiakan kekasihku."
aku langsung tersedak. "ummm, Putri, ma... maaf, aku tidak bermaksud mere......."
"ssstttt, tenang, aku belum selesai bicara." Putri memotong permintaan maafku. "Dia pria yang sangat baik bukan?"
"Baik?! tidak. dia bajingan. bagaimana mungkin dia tega mengkhianatimu lalu mepermainkan perasaanku?!"
"maaf jika kau merasa dipermainkan, Nona. tapi dia tidak pernah mengkhianatiku,"

Suasana hening sejenak

"Kami sudah berhubungan cukup lama. enam tahun." kata Putri memecahkan keheningan. "Enam tahun bukan waktu singkat. entah berapa kali dia mencoba melamarku, tapi aku jawab, tunggu, aku masih ingin belajar. jika memang dia menemukan wanita lain, aku tidak akan keberatan selama dia bahagia. dan dia meminta izin padaku saat menemukanmu. aku turut bahagia untuknya. kami tidak putus, Nona. hubungan kami sudah berjalan cukup lama hingga tak lagi mementingkan status ataupun romansa. kami sahabat. kami guru dan murid. kami kakak beradik. kami saling menyayangi tanpa perlu mengkotak-kotakkan status dari kasih sayang itu sendiri....
"tahun depan perjalananku selesai, Nona. dan aku ingin meminta ijin padamu untuk menikah dengannya tahun depan. karna kau sudah terlanjur masuk dalam kehidupan kami, jadi aku rasa kau punya hak untuk memutuskan. bolehkah aku menikahinya?"

"apa kamu gila, put? tahun depan hubunganmu berusia tujuh tahun! apa hakku melarang kalian, sepasang kekasih, untuk menikah? sudah pasti aku akan merestu kalian. bahkan detik ini juga, aku dan dia resmi PUTUS!"

"Tunggu dulu, Nona. sekali lagi aku minta maaf. Kami tidak bermaksud mempermainkanmu. dia benar-benar menyayangi dan menghormatimu. dia benar menjagamu, bukan? tak pernah berbuat yang tidak-tidak padamu? aku tidak bermaksud menjadikanmu baby sitter selama aku pergi. itu semua terserah kamu, mau atau tidak. tapi aku senang dia memilihmu untuk jadi kekasihnya. kau manis, Nona, kau tau itu. dan kau tidak memaki ku untuk mempertahankan apa yang kau rasa kau miliki. tapi tolong, jangan benci dia. dia tidak pernah berbuat jahat padamu, kan?"

aku terdiam. pria brengsek itu masih saja tersenyum tenang.

"apa kriteria pria baik menurutmu, Nona?"
"Pastinya yang tidak selingkuh!"
"apakah hubungan kalian adalah sebuah perselingkuhan jika terjadi atas restu?"
"tidak untuk kalian, tapi untukku yang tak tau apa-apa, aku macam wanita murahan!"
"maka rubahlah pandanganmu, Nona. cinta yang sebenarnya tak akan membatasi dan mengkotak-kotakkan kasih sayang dengan berbagai status. orang ketiga atau wanita murahan, itu hanya status. hanya julukan. cinta itu dirasakan, Nona. bukan untuk dipikirkan."

"maafkan aku, Nona" lelaki itu angkat bicara. "maaf jika melibatkanmu dalam kisahku yang aneh untuk sebagian orang. tapi, beginilah cara kami saling mencintai. aku menyayangimu, Nona. tapi hatiku masih miliknya. apa kau masih mau menyayangiku?"

aku diam saja. lalu berdeham dengan gaya diplomatis. "aku perlu waktu untuk berpikir. antarkan aku pulang."

Putri tersenyum simpul lalu mengantarku keluar ruangan. dia masih bersikap lembut dengan membukakan pintu dan kembali menutupnya.
"aku menyayangimu," kataku. "aku tidak bisa terima jika kau jadi miliknya."
"kalau begitu kau tidak menyayangiku, Nona. kau hanya menginginkanku."

aku terdiam. terlalu sakit untuk berbicara. airmataku bahkan tak mampu berproduksi lagi.

"Kau tau, Nona. Putri memiliki cara pandang berbeda terhadap cinta. dan aku menyukai cara pandangnya. kami tidak saling membutuhkan, apalagi menginginkan. tapi kami saling mencintai. dan dengan cinta itu sendiri, kami saling melengkapi dan akhirnya menemukan satu sama lainnya."

"cukup. aku paham sekarang. aku mungkin tidak akan pernah meiliki pemikiran yang sama seperti kalian. tapi melihat kalian sudah cukup jelas untukku. aku hanya butiran debu. aku tidak memiliki keikhlasan hati untuk melepaskan sesuatu. aku paham dan sangat paham. aku menyayangimu dan aku akan merelakanmu untuk menikah dengannya. waktu berpikirku sudah cukup. aku menginginkanmu karna aku anggap kamu sempurna. padahal kesempurnaan itu sendiri mutlak hanya milik-Nya. maafkan aku. seharusnya aku mencintai-Nya, bukan emncintaimu yang hanyalah salah satu makhluk-Nya. maaf. sekarang, berbahagialah."

"apa kau akan sakit hati lalu menghilang bersama dendam?"

"tidak. tidak akan. aku tetap menyayangimu. tapi mohon ikhlaskan aku jika aku menemukan penggantimu."

"pasti. itu sudah pasti, Nona. nah kita sudah sampai. pulanglah dan mimpi yang indah."



*****************************************************

selalu dan selalu saja saya kesulitan membuat ending yang menarik. aaaarghhhhh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar