Minggu, 03 Desember 2017

SARJANA : Catatan Seorang Penganggur (tanpa bir dingin) V

pertama di posting pada 21 November 2015


Atur Strategi


Sebagai seorang sarjana, harusnya kita bisa melihat peluang-peluang tercecer disekitar kita yang mana dapat dikembangkan menjadi sesuatu yang lebih berarti . ada banyak benda di rumah yang bisa dimanfaatkan untuk menambah pundi-pundi kantong seorang penganggur. tidak, aku tidak bermaksut menjual buku “dibawah bendera revolusi” cetakan pertama milik kakekku yang tidak mungkin di baca oleh cucu-cucunya, meskipun saran itu terdengar sangat menggiurkan. tidak. oke, jika kamu berminat akan ku lepas seharga 65 juta. oh, tidak. cukup, hentikan. tidak, aku tidak akan menjualnya. lupakan saja tawaranku tadi.


kembali ke topik. sarjana harus bisa mengembangkan peluang yang tercecer menjadi sesuatu yang lebih berarti. tapi lagi-lagi pengangguran selalu terkendala oleh modal. hanya bisa pasang badan, tapi membiarkan otak jadi usang berkarat. mana bisa negara kita maju jika pemudanya keok?


lalu aku menatap warung ibuku. banyak ide untuk mengambangkannya. tapi rasa malas menyergap kala mengingat serangan negara api. rumah ini panas sekali. panas udara nya juga panas suasananya. lalu aku teringat lagi akan mimpiku, untuk jadi sesuatu yang kau tau itu aku. aih, lagi-lagi aku bermimpi. nanti, saat aku berhasil menyesatkan dirik di pedalaman paling dalam di salah satu tempat di indonesia, mungkin aku akan membuat pizza ubi. atau sushi ketela. atau mungkin burger sagu. atau apapun, yang tidak lebih mahal dari harga buku “dibawah bendera revolusi”.


ah sudahlah, lupakan. sepertinya aku hanya sedang kelaparan. karena aku ini manusia biasa, yang berani mati tapi takut lapar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar