Minggu, 03 Desember 2017

SARJANA : catatan seorang penganggur (tanpa bir dingin) II

Pertama kali di posting di sini pada tanggal 5 November 2015


Follow Your Passion

Adalah suatu hal yang wajar jika seorang ibu bertanya pada anaknya yang sudah sarjana, tapi tidak bekerja, dan masih saja menetap di kota orang, tidak mau pulang. apalagi jika anaknya perempuan, seperti aku. jadi ketika ibuku bertanya aku dimana, aku jawab saja masih di Jember. padahal kakiku sudah memasuki gerbong kereta yang membawaku ke malang. lagi-lagi malang jadi tujuan pelarian. tapi aku tidak mempersiapkan tenda atau peralatan untuk mendaki sesuai rencana awalku. alam mungkin sedang murka. gunung-gunung ditutup karna banyak kebakaran. lalu, ku lari saja ke hutan, belok ke pantai.


Nama pantai ini adalah Kondang Merak, berada di kawasan malang bagian selatan. masih satu jalur sama Balekambang. Kondang sendiri artinya muara, tempat pertemuan air laut dan tawar. katanya, tempat ini dulu banyak merak yang datang untuk minum. tapi sekarang merak nya sudah tidak terlihat lagi. pantainya cenderung berombak tenang dengan banyak terumbu karang, cocok untuk snorkling. agak ke tengah laut, terdapat karang yang besar, yang mana fungsinya untuk memecah ombak, sehingga ombak yang bertandang ke pantai jadi kalem. selow. hehehe.


sumber gambar : www.tripjalanjalan.com/
fotonya udah hilang karna ada di hape saya yg juga ikutan hilang, hiks


Kondang merak sendiri berada di kawasan Hutan Lindung yang dikelola oleh perhutani. namun banyak juga masyarakat yang peduli dengan kelestarian lingkungan, ikut terjun untuk menjaga Kondang merak agar tetap lestari, apalagi kawasan ini akan dilewati Jalur Lintas Selatan (JLS). nasibnya hampir sama seperti bande alit dan suka made di TN Meru Betiri yang sedang berjuang untuk menolak JLS. jika JLS memang jadi dibuat, mungkin nasib nya akan seperti TN Baluran, yang kawasannya terpaksa digerus untuk jalur Pantai Utara (PANTURA).


Kebanyakan penduduknya adalah nelayan. disinipun ada kampung nelayan. sehingga tanpa promosi pariwisata pun, warga sudah cukup kaya dengan hasil lautnya. mungkin ini juga alasan kenapa pantai Kondang Merak masih belum begitu terdengar gaungnya. karena penduduknya sudah merasa cukup, dan tidak ingin tempat ini terlalu di publish agar tidak dirusak anak gaul.


saat aku sampai, rupanya mas Andik, salah seorang pemerhati lingkungan, sedang memberi edukasi tentang pelepasan lutung yang akan dilakukan besok pukul 9 pagi. lalu mas Andik menjelaskan panjang lebar soal kondisi kondang merak ini.


luas area nya 1989 Ha,” kata mas Andik memulai pembicaraan. “Kondang merak bukan kawasan wisata, tapi kawasan konservasi. wisata itu bonus. jadi salah kalo kamu kesini cuma buat selfie. kalo kesini ya ikutlah tanam mangroove, atau tanam terumbu karang. nanti aku ajak kau berwisata naik perahu ke tengah, disana banyak lumba-lumba. dari 60 jenis lumba-lumba yang ada di dunia, kondang merak ini punya 5-6 jenis!

kau tau paus? disini juga ada paus. ada empat jenis. dan beberapa tahun yang lalu, ada paus biru yang terdampar. disini kau juga bisa snorkling. airnya tenang. ada juga jungle track, kau jalan kaki setengah jam dari sini, kau akan temukan pantai lain yang ga kalah bagus. tapi cukup jalan saja. jangan sampai dibikin jalur untuk motor. bisa kotor pantai itu nanti. biar mereka yang mau berusaha saja yang bisa menikmati keindahannya.

besok juga akan ada pelepasan lutung. sekitar 5 ekor yang akan kita lepas. pertama kali pelepasan lutung sekitar bulan maret lalu, sembilan ekor. saat ini ada lima lagi yang mau dilepas. pokoknya jangan sampai lah mereka ikut punah.

nah, kalo kau mau share soal tempat ini, bilang sama teman-temanmu. ini bukan pantai wisata. kalo mau kesini, kau harus ikut turun aksi. tanam mangrove, tanam terumbu karang, belajar mengenal lumba-lumba, ikut monitoring lutung. nanti bonusnya aku kasih kau pemandangan atas dan bawah laut. bilang ya, jangan ngga bilang. biar mereka kesini ga cuma bikin kotor.


Aku senyum-senyum aja. jadi merasa tidak enak sendiri. lalu ada yang menawarkan mas Andik untuk membuka jasa guide pariwisata. mas Andik cuma cengar cengir.

Santai lah. warga sini sudah kaya dengan hasil alamnya. wisata itu, selain hasilnya ga seberapa, bisanya cuma ngotor-ngotori aja. kita kudu edukasi dulu kawasan ini menjadi Ecowisata, bukan pariwisata.

Mas Andik sendiri bukanlah nelayan. dia disini hanya untuk alam. soal bayaran jangan ditanya. minim. lalu kenapa dia rela membuang gelar sarjana nya hanya untuk tinggal di hutan?
Follow your passion”, katanya. “lakukan apa yang kamu suka, sehingga kamu ga akan pernah keberatan dengan resikonya.


Aku pikir lagi, sarjana itu hanya gelar. rugi rasanya saat kita mengikuti aturan ga berlaku tentang keberadaan sarjana, tapi kita sendiri ga berarti, ataupun ngga bahagia. jika kamu udah gak berarti, maka lebih baik hijrah, bukan? tapi memang dibutuhkan suatu keberanian untuk bisa mendobrak doktrin menganai sarjana yang sudah lama melekat di masyarakat.


Ibu,
aku seorang sarjana,
saat ini aku menganggur, tapi bukan berarti aku ga bekerja
karna hasil kerja bukan melulu tentang uang
ini tentang passion


Ibu,
bolehkah aku pergi lagi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar