Minggu, 11 Maret 2012

antara kata hati dan logika

barusan saya teringat suatu masa, dimana saya pernah diramal oleh seorang kawan. percaya ramalan itu musyrik, kata guru agama saya dulu. tapi setelah dewasa, saya rasa pecaya ramalan itu fine-fine aja, selama masih bisa diterima dengan logis dan dijadikan motivasi. bukan malah ditelan mentah-mentah begitu saja.

"Lor, yang diserang ini hatimu. sisi kewanitaanmu," kata kawan saya itu kira-kira 8bulan yang lalu.
"maksudnya, mas?"
"kamu lagi diuji hatinya. sakit yang selama ini kamu rasakan itu karena kamu banyak pikiran," dia terdiam sejenak. namun tangannya tetap memijat pundakku. entah apakah dia benar bisa membaca isi hati seseorang hanya dengan sentuhan, seperti di film. "non, kalo kamu gak kuat, kamu berhenti dulu aja, jangan dipaksa nerusin."
saya diam saja, masih belum mengerti arah pembicaraannya mau dibawa kemana. yang jelas 8bulan yang lalu memang saya sedang terserang sindrom andilau alias antara dilema dan galau. katakanlah kata hati saya tidak sejalan dengan logika.
"oh, ndak non. kamu kuat! hanya saja kamu masih belum bisa menemukan cara mengatasinya."
 saya makin bengong. orang ini ngomong apa sih?

"non, kamu lagi galau, kan? saya nggak ngerti gimana pastinya masalah kamu. tapi kalo kamu berhasil melewati ini, kamu pasti bahagia."
oh, oke. saya mulai paham. ya, waktu itu saya memang sedang galau. saya jatuh cinta pada dua orang, dan dua-duanya sama-sama menawarkan cinta yang indah. saya bingung harus menuruti logika untuk menjalani kisah baru atau malah menuruti kata hati saya untuk memberi kesempatan kedua.
"setelah fase ini berlalu, kamu akan jadi wanita yang lebih dewasa. pokoknya hari-hari mu bakal indah !" dia berkata sambil terus memijat pundakku. "Tapi, hati-hati. jangan terlalu larut dengan kebahagiaanmu."
Lha iki, wong wes seneng denger berita baik koq ada kata "tapi". alamat ga baik iki...

"nanti, akan ada ujian yang lebih berat dari ini, non. kamu kan mengalami sakit hati yang jauuuuh lebih sakit lagi. pengkhianatan. dan kalau kamu bisa melewatinya sekali lagi, barulah semua akan benar-benar terasa indah. gak ada sakit lagi. karena gak ada rasa sakit yang lebih sakit dari kesakitan ini."

dan 8bulan telah berlalu. tepat seperti ramalannya, aku menuruti kata hatiku. aku bahagia, wajahku bahkan lebih merona. masih kuingat kawanku itu kaget saat melihatku, senang dengan perubahan auraku, katanya. walaupun ada juga beberapa orang yang sirik dengan kebahagiaanku.

hingga saat yang diramalkan tiba. inilah rasa sakit yang katanya maha dashyat itu. mungkin memang aku selalu terlihat tersenyum, tapi tak ada yang tau aku menangis dalam hati. dan menangis dalam hati itu jauh lebih pedih dibanding menangis sesenggukan. lalu, haruskah aku menuruti kata hatiku, melukai orang yang tak bersalah, dan jujur terhadap semuanya ? atau malah harus menuruti logika, membuat orang lain bahagia, tapi berbohong pada diri sendiri ????

lor lor, ending e koq mesti galau. lesoh deh ciiin -..-

sepucuk surat dari sutet inilah yang membuat saya jadi melek tengah malam, berkelahi dengan kata hati dan logika ...

6 komentar:

  1. Hari gini masih galau? sudah gak jaman lagi Cin..
    heheheheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. ikutikata hatimu, tapi jangan lupapakai logika. kalau keduanya gak sejalan, kompromikan. good luck :)

      Hapus
  2. Ramalan thok, kapan lamarane?

    BalasHapus
  3. huakakakakak .. kata hati gak akan pernah salah, meskipun menuntunmu ke jalan yg salah ...

    BalasHapus
  4. Bener bgt tuh..apa kta dunia kecil indi,,,

    BalasHapus